IndonesiaKiniNews.com - Menko Polhukam, Wiranto, mengaku pernah menghadiri acara undangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Wiranto mengatakan...
IndonesiaKiniNews.com - Menko Polhukam, Wiranto, mengaku pernah menghadiri acara undangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Wiranto mengatakan kehadiran tersebut sebagai pejabat publik yang memenuhi undangan.
"Sejak saya Pangdam, saya hadir bukan berarti setuju (ideologi/red.), justru saya ingin melihat perkembangannya seperti apa. Ini kehadiran sebagai pejabat publik kan melihat perkembangan, keinginan mereka seperti apa," ujar Wiranto di Jakarta, Jumat (12/5/17).
Wiranto mengatakan, jika dikaitkan dengan Nawacita presiden, sudah jelas bahwa ada satu pendidikan kewarganegaraan yang mengarah pada bagaimana membangun jiwa patriotisme, nasionalisme, memperkuat perasaan bela negara.
Pemerintah sedang merumuskan, mengimpelementasikan di lapangan dalam rangka Nawacita tersebut.
Maka apabila di sisi lain ada organisasi yang bertentangan dengan misi itu, jelas dilarang pemerintah.
"Tatkala ideologi itu meremisi, bertentangan, kita bubarkan, nggak ada masalah," ujarnya.
Wiranto mengatakan, sampai saat ini sudah banyak laporan dari kepolisian, aparat-aparat keamanan tentang keberadaan HTI di Indonesia.
HTI telah ditolak di berbagai daerah, bahkan sudah terjadi konflik horizontal antara penerima maupun yang menolak HTI.
Dari hari ke hari, penolakan semakin banyak.
Fenomena itu dinilainya akan membahayakan keamanann nasional, NKRI, kesatuan bangsa dan mengganggu pembangunan nasional yang sedang pemerintah kerjakan.
Wiranto meminta keputusan pemerintah membubarkan HTI tak diperdebatkan lagi. Ia mengajak, baik intelektual, para ulama, pengamat maupun publik agar fokus pada hal-hal lebih strategis.
"Mari kita fokuskan pada hal-hal strategis dan fokus di persaingan global dan fokus juga menangkal terutama radikalisme, terorisme," tambahnya.
HTI Singgung Kehadiran Wiranto di Diskusi Syariah Tahun 2008
Hizbut Tahrir Indonesia menanti tanggapan dari Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, atas surat mereka yang dilayangkan kepadanya pasca-pelarangan HTI oleh pemerintah Republik Indonesia.
“Sampai hari ini belum dapat respons,” kata Juru Bicara HTI Ismail Yusanto dalam konferensi pers di Kantor Dewan Pimpinan Pusat HTI, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/17).
HTI berharap pelarangan HTI dapat dihentikan dengan bincang kekeluargaan bersama Wiranto. Terlebih, ujar Ismail, Wiranto bukan orang asing bagi HTI.
“HTI sudah lama mengenal Wiranto. Wiranto pernah datang ke acara HTI sebagai pembicara pada tahun 2008. Wiranto juga pernah datang ke kantor HTI,” kata Ismail kepada kumparan
Wiranto yang dihubungi via telepon untuk dikonfirmasi soal klaim ini belum memberikan respons.
Namun acara HTI yang ia hadiri dimuat dalam website resmi Hizbut Tahrir Indonesia. Acara berlangsung sudah cukup lama, 9 tahun lalu, tepatnya 16 September 2008.
Saat itu, HTI meluncurkan program baru berjudul Halqah Pemikiran dan Peradaban Islam yang dihadiri, selain Wiranto, antara lain Taufiq Kiemas (almarhum) selaku perwakilan PDIP, dan Yusril Ihza Mahendra dari Partai Bulan Bintang.
Pada acara itu, HTI sekaligus merilis hasil survei nasional SEM Institute Jakarta tentang persepsi publik atau penerimaan masyarakat Indonesia atas syariah Islam. Survei semacam itu, ujar Ismail, rutin digelar dua tahun sekali.
Saat itu tentu saja Wiranto belum menjabat Menkopolhukam. Ia Ketua Umum Partai Hanura.
Ketika Wiranto menjadi pembicara pada acara itu, spanduk di latar panggung bertuliskan, “Syariah, Masa Depan Politik Indonesia? Membaca Trend Survei Syariah”.
Sumber: Republika.co.id & kumparan.com