INDONESIAKININEWS.COM - Tak pelak banyak orang yang terheran-heran bagaimana Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti diam saja alias bergeming...
INDONESIAKININEWS.COM - Tak pelak banyak orang yang terheran-heran bagaimana Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti diam saja alias bergeming di tengah rentetan provokasi yang dilancarkan secara lisan maupun secara tindakan oleh Rizieq Shihab dan Front Pembela Islam (FPI).
Sejak sebelum kembalinya ke Indonesia 10 November 2020 yang lalu, pimpinan FPI itu tidak hentinya melontarkan berbagai pernyataan yang memojokan pemerintah RI di bawah kepemimpinan Jokowi.
Mulai dari statement-nya bahwa ia tidak pernah mendapatkan bantuan Kemenlu RI selama di Arab Saudi, sampai ceritanya bahwa ada sekalangan orang yang Rizieq sebut sebagai (maaf) bajingan yang mencoba menggagalkan penerbangannya ke Jakarta.
Setibanya di Indonesia, secara terkoordinir, massa FPI berduyun-duyun menyambutnya di Bandara Soekarno Hatta. Dengan gagah perkasa, sebagian dari massa membabat Pasal 38, Peraturan Pemerintah no 44 tahun 2009 tentang Jalan Tol dengan berjalan kaki di jalan tol menuju Bandara.
Di Terminal 3 ribuan massa FPI menggeruduk terminal kedatangan yang tidak memungkinkan terjadinya pembatasan sosial sebagaimana diatur dalam protokol pencegahan pandemi COVID-19 serta menyebabkan kerusakan beberapa fasilitas bandara.
Tidak berhenti di situ, Rizieq dan FPI nya masih menggelar berbagai acara pengumpulan massa di kawasan markas mereka di Petamburan, Jakarta Barat, mengadakan kunjungan ke daerah Gadog, Ciawi yang mencapai puncaknya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diikuti dengan acara pernikahan putri Rizieq yang dihadiri oleh lebih dari 10 ribu tamu.
Konsentrasi massa, histeria massal, maupun show of force yang dilakukan FPI di bawah pimpinan Rizieq Shihab menafikan segala peraturan terkait situasi darurat yang sedang diberlakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka mengendalikan pandemi dan melecehkan segala kepatuhan yang selama lebih dari 8 bulan telah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat maupun jibaku ratusan tenaga medis.
Menyaksikan Jokowi yang bergeming dan pemerintah yang tidak tegas dan bahkan terkesan mengadakan pembiaran, in absentia, jelas membuat sebagian besar masyarakat kecewa, bingung dan marah
Dalam bab ke-8 kitab seni perang yang ditulis Jenderal Sun-Tzu (544 - 496 SM) disebutkan bahwa salah satu dari lima kelemahan yang mampu membahayakan seorang panglima perang adalah "sifat cepat marah yang mudah diprovokasi".
Dikisahkan bahwa pada 357 SM, Panglima Yao Xiang yang mudah marah, terpancing untuk keluar bertempur lalu tewas setelah di-provokasi secara terus menerus secara verbal maupun tindakan oleh dua musuhnya Jenderal Huang Mei dan Deng Qiang.
Apa yang dilakukan Rizieq dan FPI-nya selama beberapa hari terakhir ini jelas merupakan provokasi atau pancingan agar pemerintahan Jokowi melakukan tindakan represif terhadap mereka.
Satu tindakan represif yang kecil saja di lapangan akan mampu memicu konflik fisik antara aparat keamanan atau pemerintah dengan kelompok mereka.
Konflik seperti inilah yang memang ditunggu oleh Rizieq dan FPI-nya yang jelas berpotensi mengguncang keamanan sampai tingkat nasional.
Jokowi jelas secara mumpuni memahami seni perang Sun-Tzu secara mumpuni.
Alih-alih memikirkan provokasi Rizieq dan FPI maupun sampah yang berserakan karena hajatan di Petamburan, Jokowi malah asyik kongkow di KTT ASEAN ke-37 dengan para Menteri Ekonomi ASEAN dan mendatangani Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang mematerialisasi komitmen kerja sama ekonomi yang makin erat antar negara ASEAN yang dipelopori dan dirintis Indonesia sejak 2011.
Rizieq Shihab dan FPI pastinya akan menaikan tempo provokasinya menjelang rencana reuni mereka di Jakarta tanggal 2 Desember 2020.
Apapun yang akan terjadi, tidak ada yang perlu dirisaukan oleh masyarakat.
Semakin kelompok ini mem-provokasi akan semakin mereka masuk juga ke dalam frame yang disiapkan Jokowi.
Seperti apa frame yang disiapkan Jokowi? Belum saatnya untuk dibahas di sini
S:Kompasiana