$type=slider$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=5$show=home

Vaksinasi Dimulai, Rapid Tes Perjalanan Bisa Dihapus

INDONESIAKININEWS.COM -  Hari ini Presiden Jokowi disuntik vaksin covid. Dan itu menjadi tanda dimulainya vaksinasi nasional, sebagai wujud ...



INDONESIAKININEWS.COM - Hari ini Presiden Jokowi disuntik vaksin covid. Dan itu menjadi tanda dimulainya vaksinasi nasional, sebagai wujud ikhtiar kita untuk kembali hidup normal. 

kembali beraktifitas, kembali bekerja dan berkerumun, memenuhi hajat sebagai manusia makhluk sosial.

Presiden menjadi orang pertama yang mendapat vaksin covid. Ini sebagai tanda bahwa vaksin ini aman dan sudah digunakan oleh Presiden. 

Sehingga masyarakat tidak perlu takut atau ragu dengan keamanannya. Momen bersejarah ini tentu menjadi pukulan telak terhadap kaum nyinyir yang selama ini menantang Presiden untuk disuntik lebih dulu. Dan sekarang mereka pasti bingung mau membuat isu apa lagi?

Saya pribadi termasuk yang kurang setuju vaksinasi nasional. 

Karena dari data yang didapat, dalam setahun ini, rupanya penyebaran dan ancaman kematian karena covid sangat rendah sekali.
 
Dalam hampir setahun ini, ada 837 ribu kasus, 689 ribu orang dinyatakan sembuh dan mayoritasnya tanpa gejala. Lalu 24 ribu orang meninggal dunia. 

artinya, hanya sekitar 2.8 persen orang yang terkena covid meniggal dunia, sementara 82 persennya sembuh.

Dibandingkan penyakit lain seperti tipes misalnya, dalam setahun ada sekitar 21 juta orang terjangkit dengan kematian mencapai 680 ribu orang.

Angka kematian karena covid (sekalipun dengan komorbid), hanya setara dengan kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2018 misalnya, terdapat 27.910 orang meninggal dunia karena kecelakaan.

Namun tipes dan kecelakaan lalu lintas itu tidak direspon luar biasa, sehingga mewajibkan kita harus diam di rumah, PSBB dan seterusnya. 

Hidup berjalan sebagai mana mestinya, yang ngebut tetap ngebut, emak-emak tetap keliaran menebar teror sen kanan belok kiri.

Kalau kita bicara soal penularan, karena kecelakaan lalu lintas itu tidak menular seperti covid, mestinya kita bisa melihat data kematian karena rokok. Dalam setahun, ada 255.700 orang Indonesia mati karena rokok.

Rokok ini asapnya kelihatan. Berbeda dengan covid yang ga kelihatan. Logikanya, kematian karena rokok mestinya bisa lebih mudah diatasi.

Kalau ada pembaca yang protes dan bilang bahwa rokok itu tidak mematikan. Mungkin iya jika itu dari sudut pandang perokok. 

Tapi bagi orang yang tidak merokok, asapnya jelas sangat mengganggu dan mengancam kesehatan. Pertanyaannya, jika yang tampak kasat mata saja kita bisa biarkan berkeliaran, hidup normal seperti biasa tanpa takut pada perokok, kenapa urusan covid kita jadi lebay dalam penanganannya?

Mohon maaf. Saya percaya covid itu ada. Tapi 82 persen orang sembuh juga data dan fakta yang harus kita terima. Lalu kenapa kita sampai harus mengeluarkan angaran 18 triliun hanya untuk vaksin yang efekasinya berkisar 63 persen?

Penjelasan soal efikasi 63 persen adalah, bila 100 orang disuntik vaksin, maka ada sekitar 37 orang yang masih mungkin bisa terjangkit covid.

Pertanyaannya, untuk apa kita mengejar efikasi vaksin sinovac sebesar 63 persen, sementara dari data yang ada, 82 persen masyarakat Indonesia yang terkena covid sukses membentuk antibodi sendiri dan sembuh.

Mungkin banyak yang belum tau atau salah paham. Vaksin ini bukan untuk menyembuhkan orang yang sakit. Vaksin tidak bisa disuntikkan kepada orang yang sakit. Jangankan sakit covid, demam biasa pun tidak boleh menerima vaksin.

Fungsi vaksin adalah untuk merangsang atau mendorong sistem kekebalan tubuh kita untuk memproduksi antibodi. Jadi kalau suatu saat terkena covid, tubuh kita merespon dengan cepat sehingga tidak terjadi gejala demam atau sakit.

Jika dengan obat-obatan yang ada sekarang, 82 persen pasien covid bisa membentuk antibodi dan sembuh, kenapa kita malah mengejar dan mengupayakan yang 63 persen? bukankah sebaiknya kita berpikir bagaimana agar bisa memperbaiki cara penanganan, agar angka 82 persen menjadi 90 persen?

Sampai di sini mungkin akan ada yang berkomentar, oh itu beda. 82 persen itu kan yang sudah terjangkit dan bisa sembuh. Sementara yang efikasi 63 persen ini kan sudah ada pelindungnya, jadi tidak perlu sakit dulu.

Hehe mungkin begitu. Tapi juga perlu diingat, menurut data pemerintah, 70-90 persen pasien covid itu tidak bergejala. Artinya, tubuh masyarakat kita dapat melawannya dengan cepat sehingga tidak perlu dibawa ke rumah sakit, cukup isolasi mandiri di rumah.

Dengan kata lain, bisa dibilang, 70-90 persen masyarakat kita itu sudah punya vaksin alami. Sehingga saat terjangkit covid, mereka tidak bergejala. Biasa saja. dan sekali lagi, pertanyaannya, untuk apa kita mengejar efikasi yang 63 persen?

Tapi ya sudah. Mungkin itu hanya hitung-hitungan rakyat jelata yang terlalu idealis, yang ga dapat manfaat apa-apa dari proyek vaksinasi, tidak mampu memanfaatkan peluang pandemi. Bukan PNS yang jadi lebih nyaman karena bisa ngantor di rumah. Bukan golongan pegawai yang dapat subsidi bulanan.

Namun intinya saya pikir tujuan kita sama, PSBB dan segala pembatasan itu harus segera dihapuskan. Jangan sampai pemerintah mau mendengar suara-suara mafia kesehatan, yang berharap setelah vaksinasi ini kita tetap PSBB dan tetap dijalankan aneka subsidi.

Cukup sudah. Vaksinasi sudah dimulai, PSBB harus semakin dilonggarkan. Aturan wajib rapid tes perjalanan juga harus dihapuskan.

Mafia kesehatan ya enak mereka bisa jualan alat-alat terus. Kaya sendiri. Sementara kita harus berjuang dengan keterbatasan. Begitulah kura-kura.





S: Seword (alifurrahman)


Name

Baerita,2,Berita,23964,Cek Fakta,3,H,151,HUMOR,7,Internasional,1000,Kesehatan,29,Nasional,23000,News,1361,OPINI,81,Politik,6,Seleb,3,Tekno,1,Viral,3,
ltr
item
IndonesiaKiniNews.com: Vaksinasi Dimulai, Rapid Tes Perjalanan Bisa Dihapus
Vaksinasi Dimulai, Rapid Tes Perjalanan Bisa Dihapus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLPZV_n5qIle8kxDKvn7C2XbmkM8fi8ZsBwlQnQJQxJtmSJinXZFJDYKaqbwK_YvTC_VyOMth-ScspfoCocYMU8zbrW8GXfkbBmkUWWiudULM11b-E7qjklaG_IiTnp6dSdsDg9vVhWtI/w640-h360/z6enHHRIfK-feature.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLPZV_n5qIle8kxDKvn7C2XbmkM8fi8ZsBwlQnQJQxJtmSJinXZFJDYKaqbwK_YvTC_VyOMth-ScspfoCocYMU8zbrW8GXfkbBmkUWWiudULM11b-E7qjklaG_IiTnp6dSdsDg9vVhWtI/s72-w640-c-h360/z6enHHRIfK-feature.jpeg
IndonesiaKiniNews.com
https://www.indonesiakininews.com/2021/01/vaksinasi-dimulai-rapid-tes-perjalanan.html
https://www.indonesiakininews.com/
https://www.indonesiakininews.com/
https://www.indonesiakininews.com/2021/01/vaksinasi-dimulai-rapid-tes-perjalanan.html
true
1493314966655697463
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy