INDONESIAKININEWS.COM - Isu kudeta terhadap kusri kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY beberapa waktu lalu sempat melambungkan na...
KIsu yang dimainan di tengah pandemi Covid-19 itu pun dikecam oleh Akademisi Universitas Gajah Mada Bagas Pujilaksono.
Menurut Bagas dalam opininya yang disampaikan baru-baru ini, diksi kudeta yang dilemparkan Demokrat pada publik sangatlah janggal.
Sebab menurut bayangannya, kudeta adalah gerakan militer untuk menggulingkan kepala negara dan atau kepala pemerintahan secara inkonstitusional.
“Apakah istilah kudeta tepat untuk kasus ini? Tidak tepat dan sama sekali tidak mendidik rakyat.
Masalah partai politik sebaiknya diselesaikan secara internal,” katanya seperti dikutip, Sabtu (13/2/2021).
Lebih jauh Bagas lantas menyebut kalau sebenarnya di tengah pandemi sekarang ini, pemerintah bersama rakyat tengah fokus berjuang mengatasi masalah Covid-19 secepat mungkin agar tuntas. Ini penting agar perekonomian nasional juga bangkit kembali.
Akan tetapi, dia menyesalkan adanya suasana ingar bingar yang kontraproduktif dan disebut memuakkan rakyat.
“Apalagi perilaku politiknya selalu mengganggu kinerja pemerintah. Buruk muka, cermin dibelah.
Kalau memang tidak mampu, dan nyata-nyata tidak bisa berkontribusi positif untuk rakyat luas, ya minggir saja. Mengapa harus memaksakan diri,” katanya.
Kata dia, akan lebih elok jika konflik internal partai politik diselesaikan secara internal. Tak perlu curhat ke publik, karena manfaatnya, kata dia, masih menjadi tanda tanya besar.
“Kalau tak bisa, bubar saja, RI tak akan bangkrut atas lenyapnya sebuah parpol,” kata dia.
Pada kesempatan itu, Bagas menyebut jika pada dasarnya sebuah partai politik harus bersifat terbuka. Artinya orang-orang yang terlibat di dalamnya ada karena komitmen politik yang kuat.
Itulah yang dianggap harus dirubah dari Partai Demokrat. Tidak boleh ada private orientation dan mengarah pada keluarga tertentu untuk menguasai partai politik. Di mana orang lain diminta harus mendukung.
Lebih jauh, dia menilai seharusnya partai politik memberikan pendidikan politik kepada rakyat luas. Bukan hal-hal yang sifatnya internal malah dipertontonkan ke publik untuk diumbar, atau dicurhatkan di ruang publik.
“Sebab rakyat sudah muak. Jika visi dan perjuangan politik (Partai Demokrat) tidak sejalan dengan politik negara bisa dipastikan partai politik tersebut akan bangkrut alias bubar. Tinggal menunggu waktunya saja,” katanya.
Sebab rakyat dinilai sudah bisa membedakan, mana yang bermanfaat, dan mana yang ujung-ujungnya hanya kepentingan sempit dan sesaat.
Menurut Bagas, bungkusan wacana-wacana politik yang penuh kemunafikan dan kebohongan, sudah tidak laku pada zaman keterbukaan seperti sekarang ini.
“Yang sangat menggelikan adalah, segala anomali politik, termasuk konflik internal parpolnya.
Selalu pemerintah yang disalahkan. Main tuduh seenaknya, sodok sana, sodok sini, sebar hoaks, cari kambing hitam, semata hanya menutupi ketidakmampuan diri," tutupnya.
S: Suara
