INDONESIAKININEWS.COM - Ekonom senior Faisal Basri mengatakan ada dua tokoh di Istana yang kerap membuat gaduh di tengah penanganan pandemi...
INDONESIAKININEWS.COM - Ekonom senior Faisal Basri mengatakan ada dua tokoh di Istana yang kerap membuat gaduh di tengah penanganan pandemi covid-19.
Dua orang yang dia maksud adalah Kepala KSP Moeldoko dan Ali Mochtar Ngabalin. Moeldoko dianggap membuat kegaduhan terkait dengan upaya ambil alih Partai Demokrat.
Sedangkan Ngabalin dianggap suka membuat komentar ugal-ugalan (justru saya sangat suka gaya Ngabalin saat semprot barisan sakit hati).
Faisal Basri menilai, publik akan mengapresiasi Presiden Jokowi jika berani memecat Moeldoko dan Ngabalin dari Istana. “Pak Presiden Jokowi, niscaya rakyat akan apresiasi jika Bapak mengeluarkan Ngabalin dan Moeldoko dari Istana,” kata Faisal Basri di Twitter-nya.
Faisal Basri menilai, pernyataan dua orang itu kerap membuat kegaduhan. Sementara Jokowi sendiri akui tak suka dengan kegaduhan. “Bapak Jokowi kan tidak suka dengan orang yang kerap bikin gaduh,” katanya.
Di media lain yang saya baca, Faisal Basri menilai Presiden Jokowi perlu secepatnya mengambil langkah untuk menyelamatkan keuangan negara. Salah satunya dengan menyingkirkan orang-orang seperti Moeldoko, Ali Mochtar Ngabalin, hingga Luhut Binsar Pandjaitan.
“Presidennya (harusnya) sadar membersihkan orang-orang sekelilingnya dari orang seperti Moeldoko, Ali Ngabalin, Luhut Pandjaitan, kalau tidak ya sudah terima risiko,” kata Faisal dalam acara Gelora Talks bertajuk ‘Covid-19 dan Ancaman Kebangkrutan Dunia Usaha’.
Hahaha, tambah lagi nih member sakit hati. Halo, Pak, rakyat yang mana nih? Rakyat sakit hati? Tak usah bawa-bawa deh. Geli. Jangan kayak kelompok munafik salesman surga yang dikit-dikit bawa-bawa nama umat dan ulama. Tak ada rakyat yang sudi diwakili orang macam kalian.
Mau tahu kenapa saya suka style Ngabalin dalam membalas serangan pihak lain? Nah, merespon Faisal Basri, dia menyebut Faisal Basri sebagai sosok minim gagasan dan hanya bisa menebarkan kebencian.
“Ekonom berotak sungsang & minim gagasan hanya punya narasi kebencian,” kata Ngabalin telak. Hihihi.
Ngabalin berharap Faisal berhenti beranggapan miring tentang pemerintah karena hanya merugikan dirinya sendiri.
“Bung, Anda tahu kan? Tidak ada yang bisa menghancurkan besi kecuali karatnya, tidak ada yang dapat menghancurkan seseorang kecuali pola pikirnya.
Maka berhentilah, nanti makin gosong kepalamu. Dongkol kali kau rupanya Sal?” kata Ngabalin.
Ekonom berotak sungsang? Bukan saya yang ngomong lho ya? Sungsang karena sakit hati atau gimana nih? Telak banget sih ini.
Saya heran banget dengan mereka. Jelas-jelas pandemi di Indonesia sudah turun 98 persen. Aktivitas masyarakat terlihat sudah ramai dan hampir mencapai normal. Jalanan mulai kembali macet.
Penanganan pandemi di Indonesia bahkan mendapat pujian dari dunia internasional.
Kenapa pada kompak banget nyerang pemerintah soal penanganan pandemi? Kayaknya sudah janjian sebelumnya ya? Atau apakah ada pesanan dari sponsor? Soalnya ini sangat kentara sekali, narasinya itu-itu saja.
Mirip dengan isu PKI yang serentak digaungkan tiap bulan September kayak musim durian.
Mungkin memang benar sekali kalau mereka ini sangat jengkel, kesal, marah, emosi, dendam, sakit hati, bercampur jadi satu kayak gado-gado atau pecal.
Tak ada yang dapat mengobati mereka kecuali Jokowi lengser dari jabatannya atau presiden yang menjabat adalah orang yang sekelompok dengan mereka.
Semoga aja presiden tahun 2024 adalah orang yang juga mereka benci, biar kita nikmati kejengkelan mereka, hehehe.
Kepala gosong, muka cemberut, teriak-teriak penuh penderitaan. Apa yang keluar dari mulut mereka kebanyakan tidak mendidik, tapi bikin jorok dunia demokrasi.
Yang pintar pun bisa jadi konyol. Yang konyol mau jadi apa lagi? Justru mereka inilah yang harusnya disingkirkan karena selalu bikin gaduh dengan statement munafik, sok bijak tapi penuh kelicikan dan aroma lobster panggang, eh maksudnya aroma kebencian.
Mereka ini kebanyakan teori, tapi tak bisa kerja. Makanya jangan heran, anggota barisan sakit hati ada yang sebagian alumni pecatan.
Mulut aja besar, tapi kinerja nol besar kayak telor dinosaurus.
Masa yang kerjanya bagus disuruh pecat? Sedangkan mereka yang hanya bisa koar-koar mirip emak-emak maunya dipuja bak pahlawan? Lu pikir negara ini punya nenek moyang sendiri?
Bagaimana menurut Anda
S: Xhardy