INDONESIAKININEWS.COM - Ada dua survei yang terkait dengan kinerja Jokowi. Yang pertama adalah Survei SMRC, yang menunjukkan mayoritas resp...
Yang pertama adalah Survei SMRC, yang menunjukkan mayoritas responden puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Angkanya melebihi 65 persen.
"Kita mencatat 68,5 persen masyarakat Indonesia sangat atau cukup puas dengan kinerja Presiden Jokowi, yang kurang atau tidak puas hanya akumulasinya 29 persen," kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas.
Secara rinci ada 11,8 persen responden yang merasa puas dengan kinerja Jokowi, 56,7 persen cukup puas, 23,5 persen kurang puas, 6 persen merasa tidak puas sama sekali dan 2 persen tidak tahu atau tidak jawab.
Sepanjang tahun 2019-2021, Sirojudin menyebut situasi pandemi Covid-19 tidak terlalu berdampak pada kepuasan masyarakat atas kinerja Jokowi secara umum. Tingkat kepuasan pada September 2021 sebesar 68,5 persen, sedangkan tingkat kepuasan pada Juni 2019 sebesar 62,2 persen.
"Pada saat Covid tinggi pun, pada Maret 2021 dan Mei 2021, tingkat kepuasan atas kinerja Presiden Jokowi cukup tinggi, 77 persen dan 75,7 persen," kata Sirojudin.
Publik juga puas dengan kinerja pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Sebanyak 64,6 persen responden puas atau sangat puas atas kinerja penanganan Covid-19. 50,7 persen responden merasa puas atau sangat puas dengan kinerja pemulihan ekonomi.
Survei juga menunjukkan 67 persen responden percaya atau cukup percaya atas kemampuan Jokowi membawa Indonesia kelaur dari krisis ekonomi akibat Covid-19.
Yang kedua adalah survei Litbang Kompas yang menunjukkan lebih dari 60 persen publik yakin kinerja pemerintahan akan lebih baik ke depannya.
"Jadi total yang menjawab yakin itu hanya 64 persen," kata Manager Litbang Kompas Toto Suryaningtyas.
Hasil survei menunjukkan bahwa publik yang menjawab yakin sebanyak 58 persen, sedangkan yang sangat yakin mencapai 6 persen. Yang tidak yakin ada 26 persen, sangat tidak yakin ada 2 persen. 8 persen tidak menjawab atau tidak tahu.
Toto mengatakan angka 64 persen tingkat keyakinan publik terjadap kinerja kepemimpinan Jokowi akan lebih baik ke depannya merupakan sebuah modal sosial yang cukup baik.
Saya ambil dua contoh survei ini karena mereka cukup kredibel dalam surveinya. Dua survei ini tentu saja berhasil mematahkan anggapan sekelompok mahasiswa bermindset bocah yang sebelumnya melakukan aksi demo kepada pemerintah dan juga memberikan rapor merah kepada Jokowi, bahkan menuntut sejumlah menteri andalan dipecat dari jabatannya.
Dasar yang mereka lakukan pastinya hanya dengan modal analisis seadanya. Apalagi rapor merah yang diberikan oleh orang tak bermutu seperti Novel Bamukmin, pastilah didasari oleh sakit hati dan dendam berkepanjangan.
Wajar ada pro dan kontra. Wajar ada yang mendukung dan benci kepada pemerintah. Tapi yang benci dan sakit hati kepada pemerintah hanyalah secuil dari mayoritas rakyat yang berada di belakanga Jokowi.
Suara mereka memang diakui lebih bising dari mayoritas yang mendukung Jokowi. Makanya ada istilah silent majority, di mana mayoritas lebih memilih diam atau bertindak dengan cara yang lebih elegan ketimbang demo tak jelas sambil teriak mirip orang setengah gila.
Apa pun cerita basi yang disuarakan kelompok sakit hati dan para mahasiswa konyol tersebut, tetap saja Jokowi didukung mayoritas.
Narasi mereka tidak murni dari hati lagi, tapi kemungkinan ada agenda politik di baliknya.
Pemerintahan Jokowi ini unik sekali. Dulu tak ribut PKI, sekarang baru sibuk bicara PKI bangkit. Dulu Rizieq ditangkap, biasa saja lah. Sekarang pada teriak kriminalisasi ulama.
Dulu pemerintah ada utang, sekarang pemerintah berutang untuk membangun tapi diributkan. Dulu SDA dikerok habis-habisan tak ada yang ribut, sekarang Jokowi rebut kembali dan melarang ekspor tambang mentah, tiba-tiba banyak yang kebakaran bulu ketiak.
Pemerintahan Jokowi dibilang otoriter, halo apa kabar Orde Baru? Nyenggol pemerintah saat itu sedikittttttt saja, silakan berdoa pada Tuhan semoga baik-baik saja.
Menjelang tahun 2024, suhu politik memang akan terus meninggi. Saya perkirakan tensinya akan lebih tinggi karena akan ada presiden baru. Yang berniat capres akan all out.
Serangan politik akan lebih gencar. Politisasi agama akan lebih masif. Hadiah Azab dan neraka akan lebih banyak diberikan kelompok sebelah.
S:Xhardy
