Foto: Dok. Kementerian PUPR. IndonesiaKiniNews.com - Setelah cukup lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah Sampah Plastik sebagai camp...
![]() |
Foto: Dok. Kementerian PUPR. |
IndonesiaKiniNews.com - Setelah cukup lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah Sampah Plastik sebagai campuran Aspal Jalanan, para peneliti di Balitbang Kementerian PUPR sukses melaksanakan ujicoba pengaspalan jalan dengan limbah plastik sepanjang 700 meter di Universitas Udayana, Bali pada Sabtu, 29 Juli 2017.
Deputi Bidang Sumberdaya Manusia, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Safri Burhanuddin menyatakan, terobosan oleh Kementerian PUPR ini cukup baik dalam menjaga lingkungan.
Menurut Safri, proyek ini dinilai mendukung kebijakan Presiden RI Joko Widodo yang meminta agar mengurangi sekitar 70 persen sampah plastik sampai tahun 2025 mendatang.
Apalagi, berdasarkan hasil penelitian, aspal yang dicampur plastik dengan tekhnologi tinggi itu dipastikan meningkatkan stabilitas jalan hingga 40 persen.
"Kami mengakui bahwa cukup banyak sampah produksi di masyarakat. Maka dari itu, sampah itu harus diolah dengan baik. Presiden juga mengintruksikan hingga 2025 mendatang, setidaknya mengurangi 70 persen sampah," ucapnya di Jimbaran, Sabtu.
Dijelaskannya, pihak Kementerian PUPR akan melakukan proyek percobaan di beberapa tempat dan tidak ada masalah. Rencana itu juga tergantung produksi volume sampah plastik, khususnya kantong keresek. Seiring dengan itu, pihak Kementerian PUPR akan melakukan edukasi.
"Kami tetap melakukan edukasi. Sebab, tidak hanya diolah, masyarakat juga harus benar-benar mengurangi konsumsi tas keresek (untuk menjaga lingkungan)," jelasnya.
Dari segi ekonomis, kata Safri, proyek ini bisa menghemat APBN atau APBD karena biaya yang diperlukan lebih murah menggunakan aspal campuran pelet sampah plastik, dibanding menggunakan sepenuhnya bahan dasar aspal.
Untuk di Bali, katanya, ditargetkan sampah plastik bisa diproduksi 1.000 ton per hari. Jadi nantinya, sebelum masuk ke TPA Suwung, sampah akan diolah dengan pemilahan terlebih dahulu. Kemudian, sampah itu akan diolah dengan dicacah untuk dijadikan bahan aspal. Jadi edukasi masyarakat itu dilakukan melalui proses pemilahan itu.
Solusi ini diperlukan karena produksi sampah plastik sudah mengkhawatirkan. Jumlahnya 10 juta ton per tahun. Nantinya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan bertemu di Kementerian PUPR untuk membahasa terobosan ini.
"Kami ingin mengurangi sampah di darat dan laut. Mencari solusi untuk sampah tas keresek. Solusi untuk dicampur dengan aspal, kekuatan fisik jalan, ternyata bisa naik sampai 40 persen," ujarnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga, mengatakan, pemanfaatan plastik sebagai bahan campuran pembuatan aspal baru pertama kali ini dilakukan. Ini bertujuan mengurangi limbah plastik yang diproduksi masyarakat, dan cukup sulit dimusnahkan. Karena itu, terobosan ini diharapkan mampu membuat kualitas jalan di Indonesia lebih bermutu.
Selain di Unud, akan dilakukan uji coba pengaspalan di Jalan Mahendradatta yang memang tingkat atau volume kendaraannya lebih tinggi dibanding di areal kampus. Nantinya dilakukan monitoring selama satu hingga dua tahun di tempat berbeda ini.
Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 3 hingga 5 ton.
"Kurang lebih setiap 1 kilometer akan dibutuhkan 2,5 ton plastik untuk satu lapisnya. Sehingga untuk dua lapis aspal, maka dibutuhkan, 5 ton per satu kilometer," katanya.
"Apa hasilnya? Ternyata aspal lebih lengket dan kualitas lebih baik. Kualitas lebih lengket lebih baik. Kami belum menganalisa dari sisi harga," katanya.
Selain Bali, katanya, akan dilanjutkan uji coba di di beberapa lokasi yang volume sampah plastiknya besar. Kementerian PUPR juga akan melakukan uji coba di Bekasi, Jawa Barat.
Sumber: tribunnews.com