INDONESIAKININEWS.COM - Peringatan HUT Ke 75 Kemerdekaan Indonesia tak hanya dilakukan di tanah air. Jurnalis Palestina Bara Shanty juga me...
Jurnalis Palestina Bara Shanty juga melakukan reportase terkait bagaimana Indonesia di mata warga Palestina.
Ia menanyakan hal ini ke banyak penduduk Palestina, mulai dari yang tua hingga anak muda.
Hasilnya, seluruh warga Palestina yang diwawancarai Bara Shanty menceritakan kalau Indonesia adalah negara yang sangat peduli dengan Palestina.
Indonesia adalah sahabat Palestina.
Dibuktikan dengan adanya rumah sakit besar yang dibangun Indonesia di Palestina.
Hasil reportase Bara Shanty diunggah di YouTube 20 Agustus 2020.
Hingga 21 Agustus 2020 pukul 15.30 WIB, video tersebut sudah disaksikan 1.058.530 penonton.
Jumlah penonton mengalami peningkatan setiap menitnya.
Bara Shanty tak sekadar bertanya, ia menguji ucapan narasumbernya dengan 100 dolar Amerika Serikat.
100 dolar tentunya adalah jumlah yang besar di Palestina.
Uang itu akan diberikan jika warga Palestina mau membakar bendera Indonesia.
"Saya akan memberikan 100 dolar jika anda membakar bendera Indonesia," ucap Bara Shanty kepada warga Palestina.
"Jumlah ini sangat besar karena krisis di Palestina," sambungnya.
Bara Shanty lantas memberikan bendera dan korek ke mereka.
Ternyata, tak satupun narasumber mau membakar bendera Indonesia.
"Diberi 1 juta dolar pun saya tidak akan membakar bendera Indonesia," ucap narasumbernya.
"Bendera Indonesia layak disandingkan dengan bendera Palestina," ucap narasumber yang lain.
Menurut narasumber Bara Shanty, Indonesia dan Palestina memiliki kesamaan.
Selain negara mayoritas Islam, Indonesia adalah negara yang pernah dijajah, sama seperti yang dirasakan Palestina.
Mereka pun berharap Indonesia selalu rukun dan semakin maju.
"Saya berharap Indonesia menjadi negara yang besar. Bebas dari bencana Corona," ucap mereka.
Rumah sakit Indonesia di Palestina:
Rumah sakit Indonesia dibangun mulai 2009.
Dana pembangunan rumah sakit tersebut sepenuhnya berasal dari sumbangan masyarakat Indonesia tanpa bantuan pemerintah dan bantuan asing.
Lembaga medis kemanusiaan MER-C Indonesia bersama relawan dari jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah se-Indonesia menjadi koordinator pembangunan rumah sakit yang memiliki luas bangunan sekitar 10.000 meter persegi itu.
Rumah sakit tersebut berdiri di atas lahan seluas 16.261 meter persegi milik pemerintah Palestina.
Rumah sakit Indonesia di Gaza terdiri dari dua lantai dan ruang bawah tanah dengan 90 ruang rawat inap, 10 ruang instalasi gawat darurat, satu laboratorium, satu ruang radiologi, dan sepuluh ruang perawatan intensif berkapasitas 100-150 pasien.
Pembangunan fisik rumah sakit Indonesia di Gaza menelan biaya Rp 30 miliar.
Selain itu, ada sekitar Rp 7,5 miliar untuk bangunan pelengkap kompleks rumah sakit dan Rp 65 miliar untuk penyedian alat kesehatan, dan peralatan lainnya.
S. Tribunnews