INDONESIAKININEWS.COM - Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) Ade Armando menilai opini dari komentator politik yang mengungkap ...
INDONESIAKININEWS.COM - Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) Ade Armando menilai opini dari komentator politik yang mengungkap 7 kejanggalan penembakan laskar FPI pengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) sangat mudah dimentahkan.
Ia menyebut opini itu sengaja dibangun untuk menimbulkan kesan bahwa polisi semena-mena membunuh rakyat sipil.
Ade Armando menyebut argumen dari analis dan komentator politik itu mengada-ada.
“Misalnya saja si analis bertanya, mengapa penembakan di jalan tol itu tidak menimbulkan kemacetan?,” kata Ade Armando dalam video berjudul “Mereka Berkomplot Menuntut Rizieq Tidak Ditahan” yang dikutip Pojoksatu.id dari chanel YouTube Cokro TV, Rabu (16/12).
“Padahal dengan segera bisa dijawab bahwa penembakan membang terjadi di tengah malam sehingga sangat mungkin memang tidak banyak kendaraan yang lalu lalang,” sambung Ade.
Menurut Ade, kalau pun ada yang menyaksikan penembakan, pasti akan buru-buru meninggalkan lokasi kejadian karena ketakutan.
“Masa sih para pengendara akan memperlambat kendaraan atau menonton begitu mereka melihat ada peristiwa baku tembak,” ucapnya.
Dikatakan Ade, masyarakat sekitar saja yang mengaku mendengar tembakan menghindar dari lokasi kejadian.
Soal polisi menguntit dan memata-matai Habib Rizieq, Ade menyatakan bahwa hal itu memang tugas aparat.
Ade heran dengan pernyataan komentator politik yang mempertanyakan mengapa polisi menguntit HRS.
“Buat saya mengherankan adalah mereka yang menganggap itu mengherankan. Karena bukankah jelas Rizieq berusaha menghindar dari polisi, sehingga semua tindakannya layak dipantau?,” ujar Ade.
“Dia punya track record kabur dan menjadi buron yang tidak usah dipertanyakan. Ketia dia dirawat di rumah sakit saja, dia bisa kabur lewat pintu belakang,” tambah Ade.
Sebelumnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane membeberkan kejanggalan penembakan laskar FPI pengawal HRS di Tol Jakarta – Cikampek.
Berikut ini 7 kejanggalan yang disampaikan Neta S Pane:
1. Jika benar FPI mempunyai laskar khusus yang bersenjata, kenapa Baintelkam tidak tahu dan tidak melakukan deteksi serta antisipasi dini serta tidak melakukan operasi persuasif untuk melumpuhkan.
2. Apakah tim penyidik Polda Metro Jaya sudah menerapkan SOP ketika menghadang kendaraan iring-iringan yang tengah mengawal Habib Rizieq Shihab di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50, mengingat polisi penghadang mengenakan mobil dan pakaian preman.
3. Jika benar, ada berapa jumlah tembakan itu dan adakah bukti bukti, misalnya ada mobil polisi yang terkena tembakan atau proyektil peluru yang tertinggal dari tembakan itu.
4. Di mana TKP tewas dan tertembaknya keenam anggota Laskar Khusus FPI itu, karena menurut rilis FPI keenam anggotanya itu diculik bersama mobilnya di jalan tol.
5. Orang yang diduga laskar khusus FPI dan ditembak mati tersebut bukanlah anggota teroris sehingga tim penyidik Polda Metro Jaya harus melumpuhkan terlebih dulu, bukan ditembak mati di tempat, karena polisi lebih terlatih dan polisi bukan algojo tapi pelindung masyarakat.
6. Ruas jalan tol merupakan jalan bebas hambatan sehingga siapa pun yang tengah melakukan aksi penghadangan di jalan tol merupakan sebuah pelanggaran hukum. Kecuali si pengendara secara nyata sudah melakukan tindak pidana.
7. Penghadangan yang dilakukan oleh mobil sipil dan seseorang berpakaian preman, patut diduga sebagai pelaku kejahatan di jalan tol. Mengingat banyak kasus perampokan yang terjadi di jalanan yang dilakukan orang tak dikenal. Jika polisi melakukan penghadangan seperti ini sama artinya polisi tersebut tidak promoter.
S:Pojoksatu