INDONESIAKININEWS.COM - Seorang Youtuber cantik dengan kanal Lia Lestari's Journey yang belakangan ini video-videonya banyak ditonton o...
INDONESIAKININEWS.COM - Seorang Youtuber cantik dengan kanal Lia Lestari's Journey yang belakangan ini video-videonya banyak ditonton orang karena pembahasannya yang menarik dan “tidak biasa”, menjadi buah bibir di kalangan warganet.
Tidak biasa yang dimaksud adalah isu yang diangkat pemilik kanal Lia Lestari's Journey bernama Lia Lesari tersebut, belum banyak dibahas di media, termasuk di saluran atau kanal Youtube lainnya.
Selain kanal Youtube, ia memiliki akun Instagram, @Lia_lestari29. Dalam akun Instagramnya itu, yang dipublikasikan pada Kamis 6 Juni 2021, Lia Lestari mengungkapkan banyak kearifan lokal yang sudah diabaikan masyarakat, terutama orang-orang yang memiliki kepentingan terselubung dengan mengatasnamakan agama.
Ia menulis, agama tak laku lagi dijadikan bahan bakar konflik, politik, dan peperangan. Dalam pembahasannya pula, ia selalu memaparkan kebajikan sebagai landasan untuk mengeradikasi kebatilan.
“Bagaimana orang Jawa kuno sembahyang? Sembahyang berasal dari dua kata, ‘sembah’ dan ‘hyang’. Sembah ya artinya menyembah. Hyang adalah kata yang biasa digunakan untuk menyebut entitas yang tinggi, suci, berpengaruh, dan sejenisnya. Biasanya, Hyang ini digunakan untuk menyebut Tuhan atau dewata,” demikian tulis Lia Lestari.
Menurutnya pula, orang Jawa kuno tidak memiliki ritual sembahyang yang ribet. Mereka cukup merutinkan manekung (bahasa Jawa kuno untuk meditasi) dan menyembah yitma (ruh/ruhani) dalam diri.
“Karena orang Jawa sadar, bahwa ruhani (roh) mereka berasal dari percikan cahaya Tuhan, tempat segala kehadiran, titah, kekuasaan, dan energi Tuhan bersemayam dalam diri manusia. Manusia Jawa selalu berlatih untuk "SADAR" sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu selaras dengan titah-titah Tuhan yang dibisikkan dari dalam ruh,” papar Lia Lestari.
Ia kembali menulis, “Untuk bisa mendengarkan dan selaras dengan titah-titah Tuhan ini, diperlukan kondisi hening (di mana pikiran, perasaan, ego, dan nafsu mengendap semua). Suara dari yitma ini halus, tapi kekuatannya besar. Makanya, orang Jawa suka meditasi. Kalau meditasi pakai dupa buat wangi-wangian/relaksasi. Dan pakai bunga. Fungsinya: biar masuk ke pikiran bawah sadar manusia, kalau manusia dan kehidupan itu indah seperti bunga di hadapannya. Jadi kita selalu berbahagia dan menghargai alam yangg cantik ini,” bebernya dalam akun Instagramnya.
Menurut Lia Lestari, seperti yang ditulisnya dalam akun Instagramnya @Lia_lestari29, kondisi mencapai keheningan inilah disebut “Kesadaran Murni”.
“Yang sebenarnya juga ada di masing-masing agama, kebudayaan, dan filsafat. Hanya istilah dan metodenya saja yang berbeda-beda. Kalau kalian Islam dan belajar Tassawuf, juga pasti diajari meditasi untuk mendengarkan suara qalbu (lubuk hati tempat ruh). Kristen malah diajarkan untuk selalu terhubung dengan Roh Kudus. Hindu menyebutnya Atman. Buddha biasanya menyebutnya dengan Boddhicitta, atau ‘kesadaran’,” demikian tulisnya.
Di pengujung tulisannya, ia mengatakan pada dasarnya setiap agama, filsafat, dan budaya memiliki benang merah yang sama.
“Andaikan manusia memahami benang merah ini, maka konflik dan peperangan atas nama suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjadi tak diperlukan lagi. Bumi akan dihuni oleh manusia-manusia yang toleran dan kedamaian akan menjadi warna dominan di sini,” tutup Lia Lestari.
S:Makassar terkini
