INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyinggung soal oposisi di negara. Melalui akun Twitter pribadinya, ia tam...
INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyinggung soal oposisi di negara.
Melalui akun Twitter pribadinya, ia tampak meluruskan soal posisi oposisi di dalam organisasi negara.
“Sekali lagi tentang #OposisiMemble banyak yg gak paham. Bacalah sistem kita. Di manakah oposisi diletakkan dlm organisasi negara? Pada partai politik kah atau pada cabang kekuasaan?. Jangan salah baca di sini karena ini awal kesalahan selanjutnya kalau salah memahami,” kata Fahri Hamzah, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan akun Twitter-nya @Fahrihamzah.
Cuitan Fahri Hamzah. Tangkap layar Twitter @Fahrihamzah
Fahri Hamzah menjelaskan jika sistem oposisi di Indonesia tidak diletakan pada koalisi partai politik, melainkan diletakan sepenuhnya pada legislatif.
Cuitan Fahri Hamzah. Tangkap layar Twitter @Fahrihamzah
“Dalam sistem kita bernegara di Indonesia, atau sistem presidensial isme secara umum. Oposisi tidak diletakkan pada koalisi partai politik tetapi sesuai nama lainnya yaitu kongresionalisme maka oposisi diletakkan sepenuhnya pada cabang kekuasaan legislatif, @DPR_RI dan @DPDRI,” ujarnya.
Dia kemudian menjelaskan apabila sesuai Undang-Undang, tugas anggota legislatif adalah menjalankan fungsi pengawasan terhadap eksekutif.
Oleh sebab itu, menurutnya dalam sistem negara kita tugas anggota legislatif secara keseluruhan akan melakukan oposisi terhadap eksekutif.
Cuitan Fahri Hamzah. Tangkap alyar Twitter @Fahrihamzah
“Oleh karena itu dalam sistem kita sekali lagi tugas anggota legislatif secara keseluruhan adalah melakukan oposisi terhadap eksekutif. Coba baca seluruh dokumen undang undang yang menyusun kelembagaan negara, semua anggota legislatif memiliki tugas yang sama: pengawasan!,” katanya dalam rangkaian cuitannya.
Fahri Hamzah lantas menuturkan jika sistem presidensial saat ini memiliki kekurangan.
Kendati demikian, menurutnya, saat Indonesia memilih sistem parlementer pun pada akhirnya terjadi ketidakstabilan negara.
Akibat sudah memilih sistem presidensial maka, lanjutnya, hal ini kemudian perlu ditekuni pula secara utuh.
“Memang setiap sistem itu ada nilai lebih dan nilai kurangnya. Kita pernah memilih sistem Parlementer di awal kemerdekaan tapi dianggap ciptakan instabilitas negara. Maka, karena kita sudah memilih sistem presidensial maka harus ditekuni secara utuh. Kita harus tau cara kerjanya!,” ujarnya.
Pandangan Fahri Hamzah, para politisi di legislatif kurang memahami cara kerja sistem tersebut.
Menurutnya, itulah sebabnya mereka cenderung terjebak dalam perasaan eksekutif yang dominan dan mengganggap bahwa eksekutif selalu sering menang.
“Dari yang saya lihat sekarang para politisi di legislatif kurang memahami cara kerja sistem ini. Itulah yang menyebabkan mereka terjebak pada perasaan eksekutif terlalu dominan. Eksekutif dianggap terlalu sering menang. Eksekutif punya akses kepada seluruh cabang kekuasaan,” katanya.
Ia mengatakan bahwa hak pengawasan anggota legislatif tampak dahsyat. Penilaiannya pun bukan tanpa alasan, Fahri Hamzah kemudian membeberkan hal tersebut.
“Perlu saya tegaskan bahwa hak-hak pengawasan anggota legislatif itu dahsyat sekali. Karena mereka Tidak saja boleh bertanya tiap hari tanpa takut dipidana seperti kita, setiap hari juga mereka dapat mengajukan tahap investigasi lanjutan kepada lembaga audit negara,” ujar Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah pun mengaku pada saat pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), orang nomor satu di Indonesia itu bahkan bertanya kepadanya soal lemahnya oposisi di negeri ini.
“Suatu hari saya bertemu dgn presiden @jokowi dan kalimat yang pertama keluar dari beliau adalah, “mas kenapa sekarang oposisinya lemah kok Senayan pada diam, banyak menteri gak diawasi apa yang terjadi?”. Silahkan pikir sendiri jawabannya. Sampai jumpa, kita rehat sejedag,” tulis Fahri Hamzah dalam akun Twitter-nya @Fahrihamzah.***
Lihat artikel asli
S: pikirkan rakyat