INDONESIAKININEWS.COM - Seorang santri di SMP Islam Terpadu di Indragiri Hulu (Inhu), Riau, A (12), menderita luka memar dan melapor polisi...
INDONESIAKININEWS.COM - Seorang santri di SMP Islam Terpadu di Indragiri Hulu (Inhu), Riau, A (12), menderita luka memar dan melapor polisi. Ia tak terima karena dianiaya ustaz tempatnya belajar.
"Oktober lalu anak saya ini direndam air di tengah malam, hujan-hujan dan kedinginan, sakit tak dikasih tahu kami," kata orang tua korban, Yusriadi kepada detikcom, Selasa (9/11/2021).
Yusriadi mengaku anaknya diduga dianiaya sejak Oktober lalu. Di mana, anaknya tidak bisa bahasa Arab. Namun bukan diajari, dia malah dipukul pakai rotan hingga memar.
"Jumat (29/10) anak saya ini ternyata sudah tumbang, dibawa ke klinik. Diobati biar orang tua tidak tahu, dikasih istirahat selama 2 hari," katanya.
Setelah sehat, korban kembali belajar seperti biasa. Namun santri asal Inuman itu kembali kena pukul berulang kali dan pasrah.
"Kamis anak puasa, sudah nanggung. Jadi puasa ngomong juga karena sudah pasrah, kena pukul juga lagi sampai memar-memar semua badan anak saya," katanya.
Penganiayaan terungkap saat Yusriadi dan istri kunjungan ke pondok pesantren SMP Islam Terpadu. Dia curiga dengan gelagat anaknya yang aneh.
"Minggu (7/11) kemarin sayang datang ke sana untuk melihat. Tetapi jalan dia sudah tengkak (pincang), duduk susah, saya jadi curiga, tapi berusaha ditutupi sama anak," katanya.
Setelah zuhur, Yusriadi bertemu teman-teman anaknya di masjid. Mereka memberitahu bahwa anaknya baru saja dipukul sang ustaz berulang kali.
"Ada anak satri lain cerita juga katanya anak saya dihazab kemarin sama ustaz. Tapi anak saya terus menutupi. Lalu saya mau ajak pulang tidak boleh sama pondok, saya ajak anak mau pulang, saya paksa dan bilang mau cek mata," katanya.
Esok harinya, saat salat subuh sang anak kembali tertidur lelap di lantai tanpa baju. Yusriadi melihat banyak luka memar di tubuh korban. Setelah dipaksa barulah korban bercerita sambil nangis ketakutan.
Pria yang akrab diisapa Ayus itu kemudian mengusut penganiayaan yang berulang kali menimpa anaknya. Bahkan, saat melapor ke pondok, malah jawaban tak enak yang diterima.
"Saya runding dengan pihak pondok, tidak ada jawaban. Alasan sudah aturan pondok, saya bilang saya tidak pernah dikasih tahu," kata Iyus.
"Ada ustaz, saya tanya malah dia bilang 'Ya kalau tidak senang silahkan lapor, silahkan visum, lapor saja' jadi seperti diremehkan. Ini murni saya mencari keadilan untuk anak saya, saat ini saya melapor ke Mapolsek Peranap," kata sambil menangis tersedu-sedu.
Saat dimintai konfirmasi, polisi membenarkan mengenai kasus dugaan penganiayaan yang dilaporkan ayah santri.
"Iya benar, ada laporannya di Polsek Peranap," kata Paur Humas Polres Inhu, Aipda Misran WB.
s: news.detik.com