Kisah Hercules dan Ucu Kambing: rivalitas brutal demi takhta Tanah Abang. Bagaimana akhir dari perseteruan dua 'penguasa' legendaris ini?
INDONESIAKININEWS.COM - Tanah Abang, Jakarta, bukan hanya sekadar pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Di balik hiruk pikuknya, kawasan ini menyimpan sejarah kelam perebutan kekuasaan yang melibatkan nama-nama legendaris di dunia bawah Jakarta. Dua di antaranya adalah Hercules dan Ucu Kambing, sosok yang pernah berseteru hebat demi memegang kendali "takhta" Tanah Abang.
Era Keemasan Hercules: Sang Pendatang yang Ditakuti di Tanah Abang
Rosario de Marshall, yang lebih dikenal dengan julukan Hercules, memilih Tanah Abang sebagai medan perjuangannya setelah hijrah ke Jakarta. Pada era 1980-an, namanya menjulang sebagai figur preman yang paling disegani dan ditakuti di kawasan tersebut. Media massa kala itu kerap menggambarkannya sebagai kepala preman yang tak segan membawa golok ke mana pun ia pergi.
Menurut pengakuan Hercules sendiri dalam acara Kick Andy pada 2007, golok tersebut adalah tamengnya. Sebagai pendatang baru, ia sering mendapat perlawanan dari kelompok preman lain. "Daripada dibunuh," ujarnya, "bahkan waktu itu, setiap malam saya tidur dengan golok selalu siap di tangan. Kondisi waktu itu sangat rawan. Lengah sedikit, lawan akan menyerang."
Keberanian dan reputasi "tak bisa mati" Hercules semakin menguat setelah ia dikabarkan lolos dari maut berkali-kali. Ia mengaku pernah dibacok hingga 16 kali namun tetap selamat. Bahkan, ia harus menggunakan tangan palsu dari siku ke bawah dan satu bola mata buatan akibat serangan fatal yang pernah menembus matanya hingga ke belakang kepala. Rentetan peristiwa ini membuatnya disegani kawan maupun lawan.
Munculnya Ucu Kambing: Perlawanan Putra Betawi dan Runtuhnya Dominasi Hercules
Dominasi Hercules di Tanah Abang berlangsung cukup lama, hingga akhirnya terusik oleh kehadiran kelompok Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Yusuf Muhi, alias Ucu Kambing, pada pertengahan 1990-an, tepatnya tahun 1996.
Bentrokan antara kelompok Hercules dan Ucu Kambing disebut-sebut sebagai salah satu pertarungan kekuasaan paling brutal di jalanan Jakarta. Menurut catatan BBC, konflik ini dipicu oleh sentimen kebencian terhadap praktik pemerasan oleh "orang luar" yang marak saat krisis ekonomi melanda Indonesia menjelang akhir 1990-an. Kelompok Betawi di bawah komando Ucu Kambing memiliki keberanian dan kekuatan untuk menantang hegemoni Hercules.
Ucu Kambing, sosok asli Betawi yang tumbuh besar di Menteng, Jakarta Pusat, mendapatkan julukan "Kambing" karena latar belakang keluarganya sebagai pedagang sop kambing. Konon, menurut penuturan putranya, Chato Badra Mandrawata (Bang Chatu), Ucu Kambing bukanlah petarung satu lawan satu, melainkan "satu lawan sekampung", menggambarkan betapa besar pengaruh dan kekuatannya.
Ada dugaan bahwa gerakan kelompok Ucu Kambing mendapat "restu" dari pemerintah kota saat itu, yang dipimpin Gubernur Sutiyoso. Sutiyoso dalam gerakan anti-premannya kerap menggunakan narasi "pribumi versus lainnya."
Puncak bentrokan terjadi ketika kelompok Hercules dilaporkan memasuki kawasan Tanah Abang tanpa koordinasi dan membuat onar dengan membawa anggota dari luar Jakarta. Pertikaian tak terhindarkan, dan dua anak buah Hercules dilaporkan tewas. Akhirnya, kelompok Ucu Kambing berhasil memukul mundur Hercules dan mengambil alih kendali Tanah Abang.
Dari Musuh Bebuyutan Menjadi Sahabat: Hubungan Hercules dan Ucu Kambing Kini
Siapa sangka, dua sosok yang pernah menjadi musuh bebuyutan ini di kemudian hari justru menjalin hubungan yang dekat. Kabarnya, Hercules dan Ucu Kambing kini saling menghargai satu sama lain, melupakan perseteruan sengit di masa lalu.
Ucu Kambing sendiri, selain dikenal sebagai "penguasa" Tanah Abang pasca-Hercules, juga dikenang karena perannya sebagai penengah dalam konflik antara Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dengan para pedagang kaki lima di Tanah Abang.
Ucu Kambing menghembuskan nafas terakhirnya pada 2 Januari 2024, di usia 76 tahun, meninggalkan warisan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Tanah Abang.
Kisah Hercules dan Ucu Kambing menjadi pengingat akan dinamika kekuasaan yang keras di jantung ibu kota, di mana loyalitas, kekuatan, dan terkadang, sentimen kedaerahan, memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang berhak menyandang gelar "penguasa jalanan."
(Intisari-Online.com)
(Intisari-Online.com)
