Foto: Detik INDONESIAKININEWS.COM - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia buka suara mengenai informasi yang...
Foto: Detik |
INDONESIAKININEWS.COM - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia buka suara mengenai informasi yang menyebut bahwa pekerja perempuan berpotensi tergantikan oleh robot.
Ia mengklarifikasi bahwa potensi tersebut tak hanya untuk pekerja wanita namun juga pria.
Perkembangan teknologi yang semakin maju, dalam hal ini robot, berpotensi untuk menggantikan tenaga kerja yang kurang produktif.
"Teknologi sekarang semakin canggih. Tenaga-tenaga yang kemampuannya rendah itu bisa digantikan dengan robot. Itu sebenarnya. Saya hanya bercanda saja di situ. Ini sudah terjadi. Mau laki-laki mau perempuan," kata Bahlil, Kamis (30/1).
Meski demikian, Bahlil tidak menjelaskan secara lebih detail mengenai sektor industri mana saja yang tenaga kerjanya berpotensi digantikan oleh tenaga robot.
Namun yang jelas, kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat situasi bergerak secara dinamis.
"Saya katakan kalau dulu belum ada teknologi yang menggantikan tugas manusia," tambah Bahlil.
"Sekarang kan sudah banyak, sudah high technology. Kira-kira begitu."
Sebelumnya, Bahlil menyebut bahwa perkembangan teknologi dipastikan akan membuat penyerapan tenaga kerja menurun, khususnya bagi para pekerja perempuan.
"Semakin hari, dunia berubah, suatu saat pekerja perempuan mungkin nanti tidak laku, diganti robot. Hati-hati kalian perempuan, ini tidak bisa dihindari, tenaga kerja sekarang banyak digantikan oleh teknologi," ujar Bahlil, Rabu (29/1).
Fenomena pergantian pekerjaan dari manusia ke robot bisa dilihat dari realisasi penyerapan tenaga kerja dari investasi yang masuk ke tanah air pada 2019.
BKPM mencatat bahwa penyerapan tenaga kerja mencapai 1.03 juta orang sementara total investasi yang masuk mencapai Rp 809,6 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat pun juga tak serta merta menjamin penyerapan tenaga kerja.
Justru, tren pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja justru kian berbalik dari waktu ke waktu.
Ia kemudian memberi contoh pada tahun 2013, dimana pertumbuhan ekonomi berada di angka 1 persen.
Kondisi ini mampu menyerap 720 ribu orang untuk bekerja.
"Tapi sekarang, 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap tidak lebih dari 110 ribu orang, bahkan kurang," katanya.
S. Wowkeren