INDONESIAKININEWS.COM - Lebih dari setahun lalu, ketika Presiden Jokowi mengumumkan nama-nama menteri dalam Kabinet barunya, tentu kita samb...
Khususnya di jabatan Menteri Agama, ketika tahu bahwa Menteri Agama yang baru adalah seorang purnawirawan jenderal TNI, saya langsung merasa ini merupakan pilihan yang sangat tepat.
Dengan banyaknya temuan-temuan di
lapangan soal paparan radikalisme, khususnya di jajaran ASN dan bahkan TNI.
Perhatian ke arah radikalisme ini bahkan masuk dalam debat capres dalam Pilpres 2019. Yang waktu itu dijawab dengan baik oleh KH Ma’ruf Amin.
Saya pun mengira pemilihan Menteri Agama waktu itu merupakan cerminan dari perlawanan terhadap radikalisme.
Namun nyatanya saya salah dan saya pun kecewa. Dikira Menteri Agama akan jadi musuh nomor satu bagi ormas radikal macam FPI. Eeh ternyata mereka “temenan”.
Bahkan di depan media, Menteri Agama berusaha menjelaskan perbedaan khilafah ala FPI dan HTI, seakan membela FPI. Lalu memberikan rekomendasi untuk perpanjangan surat keterangan terdaftar (SKT) FPI di Kemendagri.
Waduuhhh… Buyar lah harapan saya. Tapi berhubung ada pandemi, maka soal reshuffle kabinet jadi sulit untuk dilaksanakan secepatnya. Dan akhirnya terlaksana hari ini.
Sudah beberapa kali saya menulis tentang Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. Yang berhubungan dengan Banser (Barisan Ansor Serbaguna), di mana Gus Yaqut menjabat sebagai Ketua Umum GP Ansor.
Juga berhubungan dengan sentilan keras yang disampaikan oleh Gus Yaqut menyangkut MUI, Rizieq Shihab/FPI dan bahkan Anies Baswedan.
Gus Yaqut juga punya pengalaman panjang dalam pemerintahan dan lembaga legislatif. Pernah jadi Wakil Bupati Rembang dan jadi anggota DPR RI periode 2014-2019, serta yang sekarang ini di periode 2019-2024 Sumber.
"Ansor tidak akan pernah berhenti untuk menjaga Indonesia dari semua gerakan yang mengancam persatuan dan keberagaman Indonesia.
Memecah belah umat beragama, merongrong NKRI, dan gerakan yang ingin menegakkan khilafah," tegas Gus Yaqut Sumber. Bagi saya ini sudah cukup melebihi nyali seorang jenderal purnawirawan TNI yang digantikannya.
Ketika MUI sedang dalam perencanaan Munas, diberitakan oleh media bahwa MUI akan membahas sejumlah fatwa terkait periode masa bakti presiden, pilkada, politik dinasti dan paham komunisme Sumber.
Tentu ini sangat tidak pas, dan makin membuktikan bahwa MUI ikut “bermain” dalam politik praktis. Ini sebelum Munas yang akhirnya mendepak pada dedengkot PA 212 dari kepengurusan baru MUI ya.
Menanggapi rencana pembahasan MUI tersebut, Gus Yaqut pun menyentil dengan keras. "Makin aneh saja MUI ini," kata Gus Yaqut.
"Daripada bicara di luar domainnya, lebih baik MUI ini berpikir bagaimana caranya Islam sebagai agama tidak dipakai sebagai komoditas politik.
(Lebih baik MUI memikirkan bagaimana caranya) membatasi ceramah-ceramah provokatif dan sebagainya," tutur Gus Yaqut Sumber.
Ketika Rizieq “sukses” menggelar acara di Petamburan, Gubernur Anies pun terlihat mencoba ngeles dari tanggung jawabnya untuk mencegah maupun membubarkan kerumunan massa itu.
Memakai narasi pilkada. Anies menyebut soal surat dari Wali Kota Jakarta Pusat kepada Rizieq, yang katanya mengingatkan secara proaktif soal protokol kesehatan (prokes).
Lalu membandingkannya dengan pilkada, di mana menurut Anies, tidak ada surat resmi yang mengingatkan soal prokes. Sebuah narasi yang kompak dengan apa yang juga disebut FPI Sumber.
Gus Yaqut kemudian menyemprot Anies, menegaskan bahwa soal kerumunan massa Rizieq dengan Pilkada itu tidak bisa diperbandingkan.
“Makanya, jadi pejabat pemerintah itu kita berharap cara pikirnya jangan linier… ini hanya surat, yang kita nggak tahu apakah sampai nggak surat tersebut ke yang bersangkutan.
Kalau sampai, dibaca nggak surat tersebut? Kan repot kalau yang begini dijadikan standar pencegahan penyebaran COVID,” ujar Gus Yaqut.
Dia juga mempertanyakan tidak konsistennya Anies menegur warga soal prokes. Sumber
Dan banyak lagi instruksi dan kritik dari Gus Yaqut yang berkaitan dengan kelakuan militan, anarkis dan radikal para pengikut Rizieq. Memang Rizieq dan FPI adalah soal yang sedang hangat-hangatnya.
Rekam jejak Gus Yaqut sudah sangat membuktikan komitmennya dalam melibas para pengusung radikalisme dan khilafah yang hendak mengganti dasar negara ini.
Ini sudah cukup buat saya sebagai pegangan, bahwa sosok yang dipilih oleh Presiden Jokowi untuk mengemban tugas sebagai Menteri Agama, akan mau dan mampu membendung penularan virus radikalisme.
Mungkin tidak dapat berjalan secara instan, tapi yang pasti dari segi orangnya, kita sudah yakin akan haluannya.
Kita yakin akan kegarangannya menghadapi para pengacau kedamaian bangsa ini.
Saya juga yakin, FPI dan gerombolannya sedang kena gempa, ketika tahu bahwa Gus Yaqut sekarang menjadi Menteri Agama. Ini sebuah kejutan. Kuncian mati buat FPI/Rizieq. Apelo, apelo? Selalu dari kura-kura!
S: Seword
