INDONESIAKININEWS.COM - Ada ungkapan, jika ingin belajar toleransi bergama, datanglah ke Toraja, Sulawesi Selatan. Sepanjang sejarah daerah...
INDONESIAKININEWS.COM - Ada ungkapan, jika ingin belajar toleransi bergama, datanglah ke Toraja, Sulawesi Selatan.
Sepanjang sejarah daerah ini, tak pernah sekalipun terjadi pertikaian antar umat Kristen yang mayoritas dengan penganut Islam yang minoritas.
Perkelahian atau tawuran antar kampung, selalu dianggap masalah anak muda. Tak pernah dikaitkan dengan persoalan agama.
Dan semua warga Toraja, baik di Kabupaten Tana Toraja maupun Toraja Utara, seolah patuh, bahwa tak boleh menghembuskan isu-isu agama pada setiap persoalan yang terjadi.
Contoh kecil kuatnya toleransi beragam di Toraja, bisa dilihat dari keberadaan gereja dan masjid saling berhadapan di Lingkungan Rantelemo, Kelurahan Sarira, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja.
Jarak antara Gereja Toraja Jemaat Rantelemo deangan Masjid Nurul Swadaya hanya sekitar 10 meter.
Informasi yang diperoleh, Masjid Nurul Swadaya dibangun sekira tahun 1960-1970-an.
Sedangkan tahun pembangunan Gereja Toraja Jemaat Rantelemo belum diketahui secara pasti.
Namun pada akhir 2015 lalu, gereja ini dibongkar total lalu dibangun kembali menjadi dua tingkat.
"Beginilah kami disini. Meski berbeda keyakinan, kami hidup dengan rukun. Ketika ada kegiatan agama, kami saling membantu," kata warga setempat, Nataniel Kabanga, Jumat (12/2/21).
Nataniel meyakinkan, keberadaan gereja dan masjid ini tidak saling menganggu.
"Seperti di masa pandemi Covid-19 ini, dimana masing-masing membunyikan pengeras suara. Gereja memutarkan lagu rohani sedangkan masjid mengumandangkan adzan," ujarnya.
Sementara jika ada acara adat Toraja, misalnya pesta kematian yang dikenal dengan nama Rambu Solo, maka tuan rumah wajib memisahkan hidangan khusus untuk orang Kristen dan makanan halal untuk orang Islam.
S:Tribun Timur