INDONESIAKININEWS.COM - Setelah pemerintah Indonesia Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini ditetapkan sebagai kelompok teroris. Mereka dikena...
INDONESIAKININEWS.COM - Setelah pemerintah Indonesia Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini ditetapkan sebagai kelompok teroris.
Mereka dikenal kerap membuat keonaran dipenjuru Papua.
Bahkan pemberontakan terbesar yang pernah terjadi bukanlah berasal dari OPM.
Pemberontakan terbesar di Papua itu terjadi pada tahun 1966 dimana kepala suku Arfak, Lodewijk Mandatjan mengajak 14 ribu anggota sukunya memberontak.
Mandatjan dan suku Arfak yang dipimpinnya memberontak karena buruknya keadaan ekonomi di Irian Barat kala itu.
Lodewijk Mandatjan (kanan), pimpinan KKB Papua paling legendaris (Kolase Capture ANTARA dan Youtube/Ryan Paat)
Lodewijk Mandatjan sendiri ialah sebenarnya ialah seorang patriot pejuang Trikora saat Indonesia sedang berusaha merebut Irian Barat dari Belanda.
Usaha-usaha Mandatjan dalam melakukan pemberontakan sangat meresahkan.
Hingga pada awal 1967 pos Komando Rayon Militer (Koramil) di Warmare Sektor-B diserang oleh puluhan separatis kelompok Mandatjan.
Sialnya, Koramil cuma dipertahankan oleh 6 orang prajurit TNI.
Meski begitu keenam anggota TNI itu tetap melawan dengan gigihnya.
Kontak tembak sengit pun akhirnya terjadi, selama seminggu kelompok separatis mengepung Koramil.
Keenam anggota TNI itu pun mulai menghadapi masalah menipisnya amunisi, kekurangan logistik, dan kurang tidur.
Bahkan satu orang anggota TNI dinyatakan gugur hingga jasadnya terpaksa dikuburkan dalam markas lantaran kepungan rapat musuh.
Dikutip dari Buku Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, tim RPKAD (Kopassus) Irian Barat pimpinan Sintong Panjaitan yang ditugaskan di sana langsung disuruh menghadap Danrem 171/Manokwari Kolonel K.Sutrisno.
Sintong yang baru saja menginjakkan kaki di bumi Cenderawasih kala itu langsung diperintahkan untuk membebaskan Koramil di Warmare
Tanpa menunggu lagi, tim RPKAD yang berkekuatan 50 personil langsung berangkat menuju lokasi menggunakan dua buah truk.
Petang hari tim RPKAD tiba di lokasi dan mereka langsung kokang senjata merangsek menyerbu musuh.
Serbuan frontal mendadak dari tim RPKAD ini amat mengagetkan separatis.
Mereka tak sempat bereaksi melawan dan hanya bisa lari kelimpungan berusaha menyelamatkan diri.
Tak ayal mereka menjadi 'sitting duck' alias sasaran empuk tim RPKAD yang menyambar nyawa musuhnya dengan peluru panas.
Banyak anggota separatis yang tewas akibat 'ulah' pasukan Komando Indonesia itu dalam menyerbu.
Sementara di pihak RPKAD tak ada satu anggota pun yang terbunuh.
Akibat kehadiran RPKAD di sana, pemberontakan Mandatjan berangsur menjadi menurun hingga ia akhirnya kembali ke pangkuan NKRI.
(Seto Aji/Sosok.ID)