INDONESIAKININEWS.COM - PARA pimpinan partai koalisi yang sudah begitu paham dan mendarah daging di dunia politik dan kepemimpinan kebangsa...
Memang harus diakui sepanjang sejarah para presiden di Indonesia, belum pernah ada yang berkarakter seperti Jokowi. Sederhana penampilan namun penuh gagasan membangun negara. Mulai dari terkecil Esemka yang infonya sudah diproduksi ribuan unit, hingga menjadi negara berpenghasilan atas meskipun setelah tujuh tahun memimpin turun menjadi 'lower middle income' versi bank dunia alias negara dengan penghasilan menengah ke bawah.
Meskipun demikian, fakta kepercayaan dunia luar tak dapat dipungkiri dengan mengalirnya hutang yang mudah diperoleh meski dengan insentif bunga sedikit tinggi. Juga terjadi peningkatan kemakmuran di jajaran pemerintahan sehingga korupsi semakin langka dan sulit dijumpai.
Sementara itu, Jokowi menumpas para koruptor tidak pandang bulu, dua menteri kabinetnya tertangkap KPK dan telah dijatuhi hukuman yang bagi pelaku serasa ingin mati saja karena merasa malu meskipun hukumannya terbilang ringan.
Banyak koruptor yang cukup gembira dengan diskon hukuman yang diterimanya. Kemurah hatian dan pengertian yang tinggi di masa Presiden Jokowi ini.
Disisi lain, Jokowi sangat sayang pada rakyatnya. Demi keselamatan dari virus Covid-19 ini, meskipun terlambat dan lebih 100 ribu korban meninggal berjatuhan, maka PPKM berserial terus diterapkan dari minggu ke minggu sesuai kebutuhan penyelamatan para penanggung jawab masalah ini.
Tak kurang Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Gerindra pun memuji langkah Jokowi ini sebagai tepat dan efektif. Di negara yang terapkan total lockdown berakibat banyak masalah di kehidupan warga meskipun tidak ada lagi korban berjatuhan.
Beda dengan PPKM, walaupun masih ada korban ratusan jiwa setiap hari tetapi kehidupan keseharian tetap berlangsung meski dengan cara bergerilya pula.
Penyediaan vaksin pun terus dilakukan dengan dana penanganan pandemi Covid-19 yang nilainya ribuan triliun rupiah itu. Setiap rupiah yang dikeluarkan sangatlah ketat. Harga tes PCR pun telah diturunkan sehingga kisaran Rp 450 hingga Rp 550 ribu karena meskipun sebenarnya bisa gratis dengan dana yang tersedia itu tetapi tampaknya warga tak perlu dimanja.
Dan yang paling esensial adalah tidak ditemukannya rakyat yang kelaparan, kecuali mungkin menahan rasa lapar karena sesuatu hal.
Kelaparan hanya ada di dinding mural dan itupun sudah dihapus kecuali moral tidak peduli yang masih terasa.
Tapi itu bukan salah Jokowi. Bukankah pintu Istana selalu terbuka bila ada amanat penderitaan rakyat. Nyatanya tak ada yang kesana karena menderita. Semua bahagia.
Kiranya para ketua umum partai itu tidaklah mungkin berani mengada-ada dalam hal mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebab banyak fakta yang digenggam mereka akan keberhasilan Jokowi membangun negara dan kesejahteraan rakyat.
Ketimpangan sebesar dan sedahsyat apapun bukan masalah, itu hanyalah soal nasib rakyat Indonesia yang bersikap 'nrimo' apa yang terjadi, apa adanya.
Sehingga hutang negara dapat ditolerir dan bukan bencana bagi Presiden beserta stake holder-nya itu. Itu adalah urusan pengelola yang akan datang.
Disamping itu dana Rp 11 ribu triliun itu mungkin memang ada namun sementara ini masih menjadi kartu 'truf' dan bukan 'not found'. Bisa dipakai setelah jumlah hutang sampai pada titik impas Rp 11 ribu triliun itu. Daya imajinasi ini memberi fantasi harapan besar bagi pengelola keuangan negara. Bila perlu ditaruh dahulu di kolom kredit sehingga terlihat surplus.
Dengan segala sepak terjang yang piawai di segala bidang maka dapat dikatakan Jokowi adalah presiden paling sempurna diantara semua presiden, bahkan mungkin yang akan datang pun sulit untuk melebihinya.
Dengan kesempurnaannya ini tak tertutup kemungkinan untuk kembali memimpin Indonesia dengan mendaur ulang UUD 1945 asli sehingga hanya ada kalimat "dapat kembali dipilih" tanpa embel-embel sekian periode. Kenapa tidak.
Adian Radiatus
Pemerhati masalah sosial dan politik
Lihat artikel asli
S:Remol
