INDONESIAKININEWS.COM - Saat ini sedang berlangsung KTT G20 di Roma, Italia. G20 sendiri terdiri dari negara Afsel, AS, Arab Saudi, Argenti...
Pertemuan G20 ini dilakukan di La Nuvola Conventien Center, Roma. Dari sekian banyak momen seremonial juga hubungan bilateral di sela pertemuan yang terjadi ada yang cukup menyita perhatian publik. Salah satunya tentu acara sesi foto para pemimpin dunia yang tergabung di G20 tersebut.
Konon sesi foto oleh sejumlah pemimpin dunia saat G20 tak dilakukan secara sembarangan. Setiap posisi diatur dan masing-masing memiliki maknanya. Seperti yang kita ketahui sejak 2014 sampai dengan 2021 Presiden Jokowi selalu menempati barisan terdepan setiap sesi foto. Tapi berbeda-beda posisi.
Nah, yang menarik saat sesi foto di Roma saat ini 2021. Posisi foto Presiden Jokowi selain di barisan terdepan seperti biasanya juga tepat di tengah-tengah, diapit Sultan Bolkiah Brunai Darussalam dan Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi. Lantas apa maknanya?
Nah, perlu kiranya sebelumnya diketahui saat ini berbagai persiapan tengah dilakukan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT G20 pada 2022. Tongkat estafet Presidensi G20 akan diserahkan secara resmi oleh PM Italia kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 30-31 Oktober 2021 mendatang, di Roma.
Maka dengan demikian sejak penyerahan tongkat estafet tersebut praktis Presiden Jokowi menjadi Presidensi G20 sampai pada akhirnya pada KTT G20 di Bali, Indonesia sebagai tuan rumah berlangsung dan kemudian menyerahkan ke pemimpin dunia yang lain.
Jadi dapat dimaknai makna foto di atas sebagai simbol posisi Presiden Jokowi yang selanjutnya sebagai pemimpin atau Presidensi di dalam KTT G20 yang akan datang. Indonesia adalah negara ke-5 di Asia yang menjadi tuan rumah KTT G20.
Selain itu makna berikutnya terkait posisi Indonesia yang memang sejak Presiden Jokowi menahkodai republik ini dipandang sangat penting oleh negara lain. Setidaknya rasa nasionalisme yang terpatri pada diri Jokowi tak mau negara kita dipandang remeh oleh bangsa lain.
Terlebih kesuksesan Indonesia dalam mengatasi pandemi covid-19 sejauh ini memiliki nilai plus tersendiri di hadapan negara peserta KTT G20. Dan tak hanya terkait pandemi, sikap keras dan tegas Presiden Jokowi terhadap Uni Eropa selama ini juga menjadikan posisi tawar Indonesia setingkat lebih besar.
Bahkan disebuah kesempatan saat Uni Eropa akan membawa persoalan akibat kebijakan larangan ekspor nikel yang diterapkan Pemerintah Indonesia ke WTO, Jokowi tak gentar malah memerintahkan cari lawyer terbaik Indonesia berkelas international.
Ini menandakan negara kita Indonesia dibawah kendali Presiden Jokowi tak mudah didekte oleh kekuatan asing dengan segala kepentingannya. Termasuk dari sisi ekonomi. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang tak bisa dipandang sebelah mata oleh bangsa lainnya.
Dunia pun terpaksa harus menoleh ke Indonesia. Saat bangsa, pemimpin negara lain, kelompok atau elemen dunia sibuk bicara ancaman perubahan iklim atau global warning berbusa-busa Presiden Jokowi pun gerak cepat tak banyak teori, Presiden Jokowi langsung terjun dan nyemplung ke laut, menanam mangrove bersama rakyat dan penggiat pecinta alam. Di saat kunjungan kerja di daerah yang dekat dengan pantai. Itu adalah sebuah simbol, agar dilanjutkan pihak terkait.
Jadi begitulah karakter Presiden Jokowi sedari Wali Kota, Gubernur DKI Jakarta kemudian Presiden Indonesia tak ada yang berubah. Jadi terlihat bego saja jika masih banyak para pembenci Jokowi yang selalu mengungkit soal aksi saat Jokowi masuk gorong-gorong kala menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk cek kondisi saluran air padahal itu semua dilakukan untuk warganya. Tapi dipandang pencitraan dan sebagianya.
Hanya jenis pribadi yang kerdil hati dan cupet cara berpikirnya melihat kondisi yang ada. Tapi sayang seribu sayang, masih cukup banyak residu di negeri ini yang tak bisa melihat keseriusan pemimpin negeri yang sedang berusaha keras membuat pondasi untuk anak cucu di kemudian hari.
Well, apapun itu seorang Jokowi tak akan mampu berusaha menyenangkan semua pihak. Sudah pasti ada kepentingan-kepentingan yang bersembunyi dan kemudian membuat narasi sebaliknya dengan berbagai cara, dikonsumsi dan ditelan menteh-mentah oleh para pembencinya.
Bagaimana menurut Anda?
Demikian, salam
S: AntoCahaya
