INDONESIAKININEWS.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar kaget dengan iring-iringan truk yang membawa mobil mewah masuk ke Desa Tuban. Ia ...
INDONESIAKININEWS.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar kaget dengan iring-iringan truk yang membawa mobil mewah masuk ke Desa Tuban.
Ia pun turut berkomentar satu desa di Tuban yang mendadak jadi miliarder.
Bahkan, iring-iringan truk yang membawa mobil baru itu pun jadi viral.
Diketahui, ratusan warga di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, mendadak jadi miliader setelah tanahnya dibeli pemerintah.
Hal itu setelah mereka mendapat uang ganti untung pembebasan lahan dari proyek kilang yang digarap oleh PT Pertamina (Persero).
Usai mendapat uang miliaran, warga desa pun borong mobil. Ada juga yang beli tanah, biaya naik haji, deposito, dan lainnya.
Denny Siregar pun mengulas fenomena tersebut.
Berikut tulisan Denny Siregar di Facebooknya seperti dilansir Tribun-timur.com.
Pegiat media sosial Denny Siregar turut berkomentar soal chip dalam vaksin Covid-19.
Pegiat media sosial Denny Siregar turut berkomentar soal chip dalam vaksin Covid-19. (Istimewa)
"ORANG2 KAYA BARU DI TUBAN
Setahun lalu saya main ke Tuban, Jawa Timur.
Disana seliweran mobil2 sebangsa Pajero dan Fortuner baru.
Yang menariknya, pemiliknya berpakaian khas petani. Pake sarung dan sendal jepit..
Iseng nanya ma teman yang tinggal disana, "orang Tuban sekarang kaya2 ya ?"
Dia ketawa.
"Itu karena ada pembangunan kilang minyak disini. Tanah warga dibeli berhektar2. Tau harga belinya ? Ratusan kali lipat dari harga NJOP.
Tanah saudaraku yang nilainya Rp 50rb/ meter, dibeli Rp. 600rb/meter.
Mereka terima miliaran rupiah dan langsung ditransfer ke Bank. Gak pake makelar2an..
Bener kata Jokowi waktu kampanye dulu.
Sekarang gada yang namanya ganti rugi.
Semua ganti untung.
Warga harus untung, supaya mereka sejahtera.
Malah sekarang banyak warga yang nawarin tanahnya supaya dibeli pemerintah..
Kalau ada tanah yang dipake buat jalan tol, wah untung juga warga.."
Keren. Itu yang bisa saya ucapkan dalam hati.
Sekarang memang jarang sekali ada berita konflik lahan karena pemerintah memaksakan untuk membangun proyek disana.
Bayangkan jaman dulu, sampe pemerintah harus bawa tentara dan bentrok dengan warga karena masalah tanah.
Ya gimana warga dulu gak kesal ?
Setiap pemerintah punya proyek, makelarnya dari ujung ke ujung. Warga pemilik tanah cuman dapat tetesan saja.
Senangnya ketika keuntungan yang didapat pemerintah, mengalir juga ke warganya supaya mereka bisa menikmati..
Sehat selalu, pakde Jokowi. Teruslah bekerja untuk bangsa ini..
Salam seruput kopi..
Denny Siregar," tulis Denny Siregar, 17 Februari 2021 pukul 13.43 siang.
Denny Siregar juga mengulas melalui Youtube CokroTV dalam video berjudul Denny Siregar: JOKOWI: TIDAK ADA GANTI RUGI. YANG ADA GANTI UNTUNG.
Berikut videonya:
Dilansir dari Kompas.com via Tribun-timur.com, Kepala Desa Sumurgeneng Gihanto mengatakan, setidaknya terdapat 225 warga yang mendapatkan uang penjualan tanah dari Pertamina. Rata-rata para warga menerima sekitar Rp 8 miliar hingga mencapai Rp25 miliar.
Pembebasan lahan tersebut dilakukan Pertamina untuk membangun Kilang Tuban yang merupakan proyek New Grass Root Refinery (NGRR).
Proyek ini digarap perusahaan pelat merah itu untuk menciptakan kemandirian energi.
Kilang baru itu akan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barrel per hari.
Selain itu, Kilang Tuban juga akan menghasilkan bahan bakar dengan kandungan yang lebih berkualitas, berstandar Euro V.
Kilang Tuban merupakan proyek yang digarap oleh perusahaan gabungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, yakni gabungan dari Pertamina dan perusahaan minyak dan gas asal Rusia, Rosneft.
Dilihat dari porsi kepemilikannya, Pertamina memiliki 55 persen saham Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, sedangkan Rosneft memiliki 45 persen kepemilikan saham.
Untuk merealisasikan proyek tersebut, Pertamina pun membutuhkan lahan seluas 841 hektar. Adapun total nilai proyek mencapai Rp 211,9 triliun.
Pertamina pun menargetkan kilang baru tersebut sudah dapat mulai beroperasi pada 2026. (Tribun-timur.com/ Kompas.com)
2
Mari kita bahas