INDONESIAKININEWS.COM - Jika tidak ditendang oleh seorang tamtama di Kodam, mungkun Dudung Abdurachman tidak menjadi prajurit. Tendangan it...
INDONESIAKININEWS.COM - Jika tidak ditendang oleh seorang tamtama di Kodam, mungkun Dudung Abdurachman tidak menjadi prajurit.
Tendangan itu pula yang membuat Dudung ingin menjadi prajurit.
Jenderal TNI Dudung sejak kecil sudah membantu ibunya berjualan kue.
Dudung kecil ditugaskan untuk mengantar kue ke tempat-tempat langganan.
Aktivitas itu ia lakukan usai mengatar koran.
Namun sekali waktu dirinya pernah mendapatkan pengalaman pahit.
Dikutip dari akun YouTube Kompas.com, Dudung menceritakan kejadian itu.
Saat itu kata Dudung dirinya mengantarkan kue di kodam.
Ia membawa sebanyak 55 biji kue klepon untuk diantar ke kantin kodam.
Namun saat masuk dirinya dicegat oleh seorang tentara Tamtama.
"Ini yang jaga Tamtama baru" kata Dudung mengawali cerita.
"Sini kamu, masuk tidak lapor-lapor," kata dia.
Saat dirinya mendekati Tamtama itu, Dudung mengaku ditendang.
Kue yang ia bawa kemudian jatuh bergelinding.
"Disitu saya bilang awas nanti saya jadi perwira. Dari situ saya berkeinginan jadi tentara," kata Dudung.
Padahal kata Dudung dirinya bercita-cita ingin kuliah.
Namun nasib mengantarkannya menjadi seorang perwira TNI.
"Di situlah saya berpikir orang jangan semena-mena ke rakyat kecil, itu tidak boleh," kata dia.
Berbekal pengalaman yang pernah ia alami, dirinya kemudian pertama kali mendaftar ke Akmil di Bandung dan hanya sekali tes, Jenderal Dudung berhasil masuk dan menjalani pendidikan selama tiga tahun dengan pangkat Letnan Dua.
Usai menjalani pendidikan, Jenderal Dudung mendapat penempatan di Timor Timor tahun 1988-1993. Lalu, dirinya pindah ke Bali dan berkeluarga di sana.
Jejak karirnya dilanjutkan ke Pusnit Bandung dan pernah menjadi tim penjaga perdamaian di Filipina Selatan menghadapi Abu Sayyaf dkk.
Usai menjalani misi perdamaian, dirinya kembali mendapat penugasan di Indonesia dan menjabat Wadan Yonif 410. Baru satu bulan menjabat Wadanyon ia kemudia ditugaskan ke Timor Timor selama satu tahunan tugas operasi sebagai Wadan Yonif 401/Banteng Raider (1999—2000).
Jenderal Dudung pernah didapuk sebagai tim yang dipercaya untuk bertugas sebagai penerjemah saat terjadi jejak pendapat di Timor Timor.
Setelah sembilan betugas, Sosok Kasad AD ke-33 itu kemudian mendapatkan penugasan baru untuk menyiapkan pasukan 401 guna menangan konflik yang terjadi di Maluku Utara. Disana, pihaknya berhasil menangani kasus kerusuhan.
Pulang dari sana dirinya mendapatkan penungasan sebagai Kasdim 0733/BS Semarang (2000—2002) dan menempuh Seskoad. Usai menjalani pendidikan, Pabandyaops Kodam II/Sriwijaya (2002) selama empat bulan.
Jenderal Dudung mengikuti tes dan lulus menjabat sebagai Dan Yonif 143/Tri Wira Eka Jaya (2002—2004). Di tahun 2003, dirinya ditugaskan untuk darurat militer di Lhoksumawe.
"Disitu alhamdulillah Batalyon saya tidak ada satupun yang jadi korban. Makanya ada tujuh orang anak buah saya mendapatkan kenaikanpangkat luar biasa karena prestasi, saya pun mendapatkan penghargaan Bintang Kartika Paksi Nararya," katanya.
Jenderal Dudung pernah mendapat penugasan sebagai Dandim 0406/Musi Rawas (2004—2006), lanjut Dandim 0418/Palembang (2006—2008), Pabandya 2/Lurjahril Mabesad (2008—2009), Pabandya 3/Diaga Mabesad (2009—2010)
Lalu, sebagai Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010—2011)
Komandan Resimen Induk Kodam (Danrindam) II/Sriwijaya (2011—2012), Paban 1/Ren Spersad (2012—2013), Paban 1/Ren Spers TNI (2013—2014), Pamen Denma Mabes TNI (2014—2015), Dandenma Mabes TNI (2015)
Saat berpangkat Brigadir Jenderal, Jenderal dudung pernah menjabat Wagub Akmil (2015—2016), Staf Khusus Kasad (2016—2017), Wakil Asisten Teritorial Kasad[7] (2017—2018)
Lanjut kenaikan pangkat Mayor Jenderal, dirinya kemudian menjabat Gubernur Akmil (2018—2020), Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jayakarta (2020—2021
S: detikNews