INDONESIAKININEWS.COM - Refly Harun mengaku setuju dengan rencana Reuni Akbar 212 yang akan kembali digelar di Monas. Anggap saja orang in...
Anggap saja orang ini kurang update berita, soalnya sudah dipastikan tidak akan digelar di sana.
Monas tidak dibuka, atau lebih enak kalau kita menyebut Monas tidak dibuka agar gerombolan tukang demo bikin semak ini tidak tumpah ruah ke jalan dan bikin pengguna jalan kesal. Maklum, mereka ini suka menganggap jalanan adalah milik nenek moyang mereka.
Refly Harun mengatakan Reuni Akbar 212 bisa menjadi kontrol sosial yang diperlukan bagi kekuasaan saat ini.
Bukan hanya itu saja. Dia menilai bahwa Reuni Akbar 212 bisa saja menjadi festival Islam terbesar di dunia.
Dia mengatakan bahwa aksi ini berpeluang menjadi festival umat Islam terbesar di dunia.
"Terlepas dari orang tidak suka ya, kita tidak bisa menganggap semua orang suka dengan hal seperti ini, tapi sebenarnya bisa ada peluang untuk menjadikan Reuni 212 sebagai festival Islam terbesar di dunia," katanya.
Festival Islam terbesar di dunia? Apa tidak salah dengar tuh. Refly oh Refly, sayang sekali orang ini padahal berpendidikan tapi makin ke sini ngomong makin mirip orang yang kurang tidur. Halusinasi melulu.
Apa yang mau dibanggakan dari reuni 212? Ini berakar dari aksi 212 yang merupakan aksi politik berbungkus agama, yang kemudian lahirlah PA 212 yang jualan agama di politik. Mereka inilah biang kerok politisasi agama yang marak belakangan ini.
Mungkin maksud Refly adalah politisasi ayat dan mayat bisa dipromosikan ke seluruh dunia, agar Indonesia dikenal sebagai negara yang politiknya busuk, atau Refly berharap politisasi murahan model begini bisa diterapkan di negara lain.
Masih aja mimpi di siang bolong. Atau jangan-jangan Refly Harun mengharapkan upah surga dari PA 212? Kasihan sekali kalau begitu, ngemis surga saking putus asa.
"Sekarang ini kebetulan kekuatan Islam yang menyelenggarakan festival atau Reuni 212 adalah kekuatan yang tidak disukai oleh pemerintah dan para buzzer-nya. Dan mereka sendiri mempersepsi diri sebagai oposisi, padahal kalau kita bicara tentang demokrasi, oposisi itu adalah vitamin demokrasi. Tapi alih-alih dijadikan vitamin, malah dijadikan musuh," katanya lagi.
Menurut Refly, jika saja pemerintah mau secara terbuka menerima kritik dari oposisi, seperti misalnya dari aksi Reuni 212, ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia menjadi penyelenggara festival Islam terbesar.
"Maka kemudian kita punya sarana untuk mempromosikan negara ini secara baik, sebagai friendly muslim country in the world, atau a friendly largest Muslim Popularism in the world misalnya. Peluang ini sebenarnya ada kalau seandainya kekuasaan ini punya gesture bisa cocok dengan mereka yang mengkampanyekan Reuni 212 ini," ujarnya.
Ngaca Pak Refly, ngaca dulu.
Pemerintah bisa terima kritik yang modelnya gimana kayak Reuni 212? Isinya tidak jauh-jauh dari teriakan agar Rizieq dibebaskan. Pasti ada tuntutan agar Jokowi turun dari jabatannya. Kritik model begini, apa yang bisa diambil manfaatnya? Mendengar nama 212 saja, sudah identik dengan kekacauan.
Selama ini kalau mereka bikin aksi, selalu ada spanduk tegakkan khilafah, orator sering mengumbar provokasi dan kontroversi. Bau politiknya sangat menyengat. Yang begini mau dirangkul untuk mempromosikan keindahan Indonesia? Pretttt. Yang ada malah dunia luar jadi ngeri dan khawatir.
Jika nalar dan kewarasan sudah melenceng dari yang semestinya, seseorang bisa menjadi konyol dalam menyampaikan pandangannya. Refly Harun contohnya. Dia pasti sadar Reuni 212 ini adalah produk dari politisasi agama atau politik identitas yang menjadi penyebab Indonesia jadi kacau balau. Inilah yang disebut menggadaikan nalar demi menjadi orang stres.
Sakit hati memang sakit sekali. Tapi saya tak menyangka Refly Harun bisa menjadi lebih sakit dari ini. Tak usahlah membodoh-bodohi kita. Bodohi saja gerombolan 212 itu.
Mau promosikan Indonesia itu kayak acara olahraga seperti Asian Games, Olimpiade, MotoGP, syuting film atau klip musik di daerah wisata, promosi kuliner dan seni budaya. Ini kok promosi gerombolan munafik penjual agama? Hanya pemerintah gila yang mau melakukan itu. Ini namanya promosi intoleransi ke dunia.
Bagaimana menurut Anda?
S: Ninanoor
