INDONESIAKININEWS.COM - Selain menjabat sebagai Duta Besar Australia untuk Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah dan Karibia yang berbah...
INDONESIAKININEWS.COM - Selain menjabat sebagai Duta Besar Australia untuk Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah dan Karibia yang berbahasa Spanyol, David juga dua kali bertugas di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, terakhir sebagai Menteri-Wakil Kepala Misi.
David juga pernah menjabat sebagai Penasihat di Kedutaan Australia di Washington dan sebagai Sekretaris Kedua di kedutaan di Phnom Penh.
Saat di Canberra, ia menjabat sebagai Asisten Direktur Jenderal, Asia Tenggara, di bekas Kantor Penilaian Nasional, serta Asisten Sekretaris Perencanaan Kebijakan, Asisten Sekretaris Global Issues, dan Direktur desk DFAT Indonesia.
Diketahui David Engel menyebut Jokowi bodoh karena komentarnya soal konflik Rusia vs Ukraina.
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukaraina, memantik perhatian dunia.
Banyak negara yang memberikan responnya terhadap perang yang terjadi di antara dua negara.
Dari sekian banyak negara, salah satunya Indonesia, yang menunjukkan respon terhadap invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sudah menyatakan sikap Indonesia terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Namun sikap dan strategi Indonesia tentang konflik Rusia dan Ukraina ini dilihat Australia dengan cara yang berbeda.
Dilansir dari aspistrategist.org.au pada Selasa (1/3/2022), ada beberapa poin dalam pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia yang dikomentari Australia.
Dua yang pertama dari lima poinnya dengan tepat menegaskan beberapa konsep dasar yang dapat dengan mudah disetujui oleh Australia dan negara-negara lain yang berpikiran sama.
Dua poin itu mengacu pada prinsip-prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Termasuk menghormati integritas dan kedaulatan teritorial, yang menurut Indonesia 'harus terus dijunjung tinggi'.
Pernyataan itu menggambarkan serangan militer di Ukraina sebagai 'tidak dapat diterima'.
Mengingat hampir 200.000 tentara menyerang penuh dengan tank, pesawat perang, dan senjata militer lainnya.
Tentu poin ini tak terbantahkan bahwa nyawa orang-orang di sana berada dalam bahaya besar.
Dengan begitu, poin itu menegaskan bahwa serangan itu mengancam perdamaian dan stabilitas regional serta global.
Tapi masalahnya ada pada poin tiga dan empat dari pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu, Indonesia menyerukan agar ‘situasi ini’ diakhiri dan ‘selanjutnya menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan permusuhan dan mengedepankan resolusi damai melalui diplomasi’.
ni 'mendesak' Dewan Keamanan PBB untuk 'mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah situasi semakin memburuk'.
Rupanya ungkapan yang satu ini membuat orang-orang Australia percaya bahwa Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan jutaan orang Indonesia tidak begitu terkejut dengan apa yang terjadi di Ukraina.
Berbeda jauh dengan terkejutnya orang-orang Australia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menulis di akun resmi Twitternya, "‘Hentikan perang. Perang membawa penderitaan bagi umat manusia dan membahayakan dunia". Tidak diragukan lagi bahwa dia mencerminkan kengeriannya.
Dan Retno Marsudi setidaknya berusaha membujuk mitra Rusia-nya untuk menyelesaikan perselisihan Rusia dengan Ukraina melalui diplomasi. Tetapi Australia menganggap pernyataan itu memiliki tujuannya.
Apalagi terkait krisis Ukraina, Indonesia disebutkan tidak menyebutkan kata 'Rusia' di dalamnya. Oleh karenanya, pakar Pertahanan Australia sekaligus kepala program ASPI Indonesia, David Engel menyatakan pernyataan itu bodoh dan sangat berisiko. Lebih tepatnya, itu tidak jujur.
Dikutip dari Intisari, David Engel menyebut pemerintahan Jokowi pasti tahu bahwa kedua belah pihak tidak dapat disalahkan atas perang yang dimulai oleh Rusia dan yang berusaha dihindari oleh Ukraina.
Jika bersikeras bahwa Ukraina bisa menghentikan permusuhan ketika hanya membela diri dari agresi seorang tiran, maka David Engel menyebut itu hal yang disengaja.
S: cnnindonesia